Menjadi seorang freelancer bagi beberapa orang adalah pekerjaan impian. Bagaimana tidak, keluwesan waktu kerja dan potensi penghasilan yang besar tentu menjadi keinginan sebagian besar orang yang berprofesi sebagai karyawan. Tapi seperti 2 sisi pada mata uang yang saling bertolak belakang, ada resiko yang harus dihadapi oleh orang-orang yang berprofesi sebagai freelancer.
Dalam perjalananku sebagai freelance webdeveloper, suka duka profesi ini sudah aku rasakan. Tidak adanya panduan dan mentor membuatku harus belajar dari setiap kejadian. Setiap calon klien yang aku temui memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Tidak (belum) ada panduan khusus untuk itu. Jadi, setiap pertemuan adalah pengalaman baru. Pengalaman ini aku coba formulasikan untuk menghasilkan prosedur yang nantinya aku terapkan di perusahaan bentukanku #cieee.
Bagi anda yang ingin jadi freelancer namun minim pengetahuan tentang persiapannya, coba baca artikel tentang persiapan menjadi freelancer.
1. Ketidakpastian Penghasilan
Ibarat idiom yang sering aku dengar di kotaku, pekerjaan freelance itu seperti rejeki macan. Sekali dapat 'tangkapan' besar harus pintar-pintar dikelola karena itu jarang terjadi. Sekedar buka kartu, penghasilan kotor sebagai freelance webdeveloper berkisar 8-12 juta/bulan. Tapi jangan dikira itu adalah penghasilan tetap layaknya karyawan di suatu perusahaan. Pernah dalam 1 bulan aku tidak mendapatkan job yang berarti sehingga penghasilan cuma 800ribu! Tapi kemudian bulan berikutnya dapat tangkapan yang lumayan, 18 juta perak.2. Mau klien yang berubah-ubah tapi harga tetap
Meskipun diawal kesepakatan aku selalu membuat poin-poin pencapaian yang disetujui oleh klien, ada saja perubahan pada proses pengerjaan yang dimaui oleh klien. Agak sulit juga jika serta-merta ditolak karena berpegang pada perjanjian. Kita bisa dengan cepat dicap sebagai freelancer yang kaku. Letak negatifnya adalah jika klien menolak menyesuaikan harga proyek. Umumnya klien awam dalam hal teknis webdevelopment sehingga cenderung menggampangkan proses. Padahal seringkali 1 perubahan kecil bisa berarti banyak pada alur kerja.3. Pekerjaan anda apa?
Pekerja lepas masih sering diartikan sebagai orang yang tidak punya pekerjaan tetap. Bahkan sering dianggap sama dengan pengangguran. Lumayan menyedihkan saat harus meluruskan hal ini, berulang kali. Adalah lebih mudah menjawab 'saya bekerja di perusahaan anu' atau 'saya karyawan di PT ano'. Jika anda tidak siap dengan pandangan miring, pikir lagi deh kalo masih ingin jadi freelancer.4. Orang Iseng!
Serius, seharusnya ada hukuman bagi orang-orang iseng ini! Sebagai freelancer, penyebaran kartu nama dan brosur adalah salah satu strategi untuk menjaring job-job baru. Tapi kadang kartu nama ini jatuh ke tangan orang-orang iseng. Alhasil, beberapa kali nomor kontak hape yang aku cantumkan jadi sasaran telepon gelap yang, sumpah!, mengganggu sekali.Dalam perjalananku sebagai freelance webdeveloper, suka duka profesi ini sudah aku rasakan. Tidak adanya panduan dan mentor membuatku harus belajar dari setiap kejadian. Setiap calon klien yang aku temui memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Tidak (belum) ada panduan khusus untuk itu. Jadi, setiap pertemuan adalah pengalaman baru. Pengalaman ini aku coba formulasikan untuk menghasilkan prosedur yang nantinya aku terapkan di perusahaan bentukanku #cieee.
Bagi anda yang ingin jadi freelancer namun minim pengetahuan tentang persiapannya, coba baca artikel tentang persiapan menjadi freelancer.
semuanya ada risiko tapi aku lebih senang freelance lebih bebas bak burung terbang
BalasHapusyang terpenting adalah dukungan dari orang terdekat kita, keluarga.. yang mau mengerti apa yang menjadi pilihan hidup (pekerjaan) kita.. sukses pasti akan mengiringi keteguhan dan ketekunan kita..
BalasHapus