Aku punya cyber-sister, aku panggil dia imouto. Imouto dalam bahasa jepang berarti adik(perempuan). Kemarin dia mengeluhkan tentang pilihannya untuk masuk ke institut teknik negeri nomor 1 Indonesia. Dia khawatir kalau telah mengambil langkah yang salah dengan memilih tempat kuliah. Sebelum memilih ke PTN ini, dia telah diterima di PTN lain pada jurusan yang 'perfect'. Usut punya usut, Ia cemas tidak mampu mencapai impiannya. Karena di tempat kuliah yang sekarang, dia harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan jurusan program studi impiannya dibanding jika dia masuk ke PTN pertama.
Tapi aku cermati, bahwa kekhawatiran dia tidak berdasar. Mengapa tidak berdasar?
Hidup penuh ketidakpastian, tidak bisa dihitung secara matematis. Justru itulah bagian yang menarik dari hidup ini. Ketidakpastian pula yang mengilhami orang barat berfilsafat : Man propose God dispose - Manusia merencakan, Tuhan yang menentukan.
Ada saja manusia yang kita pandang sangat beruntung, terlahir kaya, tidak perlu banyak bekerja, bisa bepergian kemana saja tanpa memikirkan biaya. Kita melihat betapa bahagia mereka. Tapi apakah mereka benar-benar bahagia seperti yang kita lihat? Bukankah mata bisa menipu?
Peran kita sebagai manusia adalah berusaha sedaya upaya, mengeluarkan 100% kemampuan, bersungguh-sungguh dan kemudian menyerahkan hasil akhir sesuai penilaian Tuhan terhadap usaha kita. Apapun hasil yang diberikan Tuhan nantinya, pastilah memang pantas kita terima. Bukankah Tuhan sajalah yang paling tepat perhitungannya?
Tapi aku cermati, bahwa kekhawatiran dia tidak berdasar. Mengapa tidak berdasar?
- Masih ada waktu 1 tahun lagi untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuannya
- Jika dia gagal mendapatkan program studi impiannya karena nilai yang buruk, apakah dia akan menjadi insinyur yang bisa diandalkan secara akademis?
- Mengapa harus 'menebak telur yang belum menetas'?
Hidup penuh ketidakpastian, tidak bisa dihitung secara matematis. Justru itulah bagian yang menarik dari hidup ini. Ketidakpastian pula yang mengilhami orang barat berfilsafat : Man propose God dispose - Manusia merencakan, Tuhan yang menentukan.
Ada saja manusia yang kita pandang sangat beruntung, terlahir kaya, tidak perlu banyak bekerja, bisa bepergian kemana saja tanpa memikirkan biaya. Kita melihat betapa bahagia mereka. Tapi apakah mereka benar-benar bahagia seperti yang kita lihat? Bukankah mata bisa menipu?
Peran kita sebagai manusia adalah berusaha sedaya upaya, mengeluarkan 100% kemampuan, bersungguh-sungguh dan kemudian menyerahkan hasil akhir sesuai penilaian Tuhan terhadap usaha kita. Apapun hasil yang diberikan Tuhan nantinya, pastilah memang pantas kita terima. Bukankah Tuhan sajalah yang paling tepat perhitungannya?
Tiada penghargaan yang lebih besar dari komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda..?