Jam 12 siang tadi aku lihat ada berita di detik.com tentang bom bunuh diri di salah satu gereja di Solo. Pelaku tewas mengenaskan dengan isi perut terburai, mirip dengan keadaan pembom bunuh diri di mushola di polres Cirebon beberapa waktu lalu.
Penduduk twitter segera merespon kejadian ini dengan hashtag #PrayForSolo yang langsung menjadi trending topics di Indonesia. Demikian juga hentakan trafik tinggi yang pasti menerjang situs-situs berita semacam detik.com dan kompas.com. Semua itu karena aku yakin sebagian besar (jika tidak seluruhnya) penduduk Indonesia merasakan hal yang sama pada saat ini : GALAU (meminjam istilah para tweeps).
Akan banyak dugaan, tudingan dan stigma negatif kepada Islam segera setelah kejadian ini. Ini yang membuat sedih. Selama hampir 32 tahun usiaku, aku tak pernah diajarkan untuk berbuat kekerasan oleh dan atas nama Agama. Sekedar berandai, jikalau saja ada pengajaran dalam Islam untuk membenci, merusak bahkan menghancurkan rumah ibadah pemeluk agama lain, mungkin sekarang tidak akan ada ditemui bangunan ibadah agama non-muslim dari Sabang hingga Merauke! Negara ini juga pernah (dan semoga masih) diakui dunia sebagai percontohan tertang harmonisnya kerukunan umat beragama.
Tapi apa mau dikata, aku (dan siapapun) tak bisa melarang orang lain berpikir negatif. Aku juga sebenarnya sudah berpikir negatif saat menyimpulkan bahwa orang lain berpikiran negatif.
Tapi tidak. Aku tidak akan mengeluhkan keadaan. Lebih baik aku memberi bukti bahwa tidak ada yang salah dengan agama yang aku banggakan ini. Dengan caraku, sesuai tuntunan agama, aku harus berguna bagi semua umat.
Bukankah Nabi SAW bersabda 'Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia' (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Penduduk twitter segera merespon kejadian ini dengan hashtag #PrayForSolo yang langsung menjadi trending topics di Indonesia. Demikian juga hentakan trafik tinggi yang pasti menerjang situs-situs berita semacam detik.com dan kompas.com. Semua itu karena aku yakin sebagian besar (jika tidak seluruhnya) penduduk Indonesia merasakan hal yang sama pada saat ini : GALAU (meminjam istilah para tweeps).
Akan banyak dugaan, tudingan dan stigma negatif kepada Islam segera setelah kejadian ini. Ini yang membuat sedih. Selama hampir 32 tahun usiaku, aku tak pernah diajarkan untuk berbuat kekerasan oleh dan atas nama Agama. Sekedar berandai, jikalau saja ada pengajaran dalam Islam untuk membenci, merusak bahkan menghancurkan rumah ibadah pemeluk agama lain, mungkin sekarang tidak akan ada ditemui bangunan ibadah agama non-muslim dari Sabang hingga Merauke! Negara ini juga pernah (dan semoga masih) diakui dunia sebagai percontohan tertang harmonisnya kerukunan umat beragama.
Tapi apa mau dikata, aku (dan siapapun) tak bisa melarang orang lain berpikir negatif. Aku juga sebenarnya sudah berpikir negatif saat menyimpulkan bahwa orang lain berpikiran negatif.
Tapi tidak. Aku tidak akan mengeluhkan keadaan. Lebih baik aku memberi bukti bahwa tidak ada yang salah dengan agama yang aku banggakan ini. Dengan caraku, sesuai tuntunan agama, aku harus berguna bagi semua umat.
Bukankah Nabi SAW bersabda 'Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia' (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Saya juga kaget betul bang saat lihat beritanya. Ckck, kenapa mesti ada yg kayak begini. Semoga semua warga tetap kompak dan tak terprovokasi.
BalasHapusSetuju, Mas.. semua ini hanya siasat adu-domba.. setelah ambon gagal meledak, kini giliran rumah ibadah... setelah gereja.. tadi subuh (info dari teman di FB) masjid di jogja hampir jadi sasaran... untungnya gagal.. oknumnya lari..barang-bukti sedang diperiksa aparat..
BalasHapus