Minggu, 12 September 2010

Istriku mengeluh keletihan, anak-anakku juga masih dalam proses mengenali lingkungan baru.

Dua hari sebelum lebaran tahun ini, aku memutuskan untuk segera pindah dari rumah kontrakan ke rumah baru. Sebenarnya bukan keputusan yang tiba-tiba, karena memang jauh-jauh hari aku dan istri telah membicarakan ini. Hanya saja ada opsi untuk tinggal lebih lama di rumah kontrakan tanpa harus menambah uang sewa. Istriku lebih memilih opsi 'nyaman' ini karena bisa melewati lebaran tanpa ekstra keringat menyusun ulang barang-barang dari rumah lama ke rumah yang baru. Tapi aku bersikeras untuk tetap menjalankan rencana awal.

Kenapa sih harus sebegitu ngotot? tanya istriku. Menurutku ini bukan masalah ngotot atau tidak ngotot, tapi komitmen dengan rencana awal. Bagaimana mungkin rencana awal yang sudah disusun matang harus dibuyarkan karena ada opsi lain yang terkesan lebih nyaman. Menunda pekerjaan hanya akan mendatangkan masalah baru.

Alhamdullillah, dengan perjuangan ekstra (karena pindah rumah dalam suasana Ramadhan) akhirnya keluarga kecilku bisa berpindah tempat tinggal dan segera mencari ritme yang efektif untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Dalam proses penyesuaian diri ini, aku berujar kepada istriku 'Apapun rencana hidup kita, kita pasti bisa mewujudkannya, tapi tentu saja ada harga yang harus kita bayar dalam prosesnya'. Dia setuju.

Tiada penghargaan yang lebih besar dari komentar anda
Categories:

1 komentar:

  1. terima kasih mas, saya juga mengucapkan selamat idul fitri dan mohon maaf atas segala kekhilafan yang saya lakukan.

    Salam juga buat keluarga mas heri

    BalasHapus

Komentar Anda..?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Langganan RSS Feed Follow me on Twitter!